Masuknya bank-bank asing ke Indonesia haruslah ditanggapi dengan serius oleh pihak regulator dalam hal ini Bank Indonesia dan juga industri perbankan nasional. Tentunya bank-bank asing tersebut sudah dapat dipastikan membawa sistem dan business strategy yang terbaik yang telah mereka implementasikan sekian lama di negara mereka. Oleh karena itu bank-bank nasional khususnya bank-bank pemerintah harus bisa bersaing lebih kompetitif lagi to win the competition in the industry.
Bank-bank asing yang masuk ke Indonesia hampir semuanya memiliki saham dari bank lokal sebut saja Temasek Holding dengan 68% Kepemilikan saham di Bank Danamon, OCBC Bank dengan kepemilikan saham sebesar 70% di Bank NISP, CIMB Niaga dengan komposisi kepemilikan saham 60% Khazanah Nasional Bhd dan 20% CIMB Bank. Tidak menutup kemungkinan bank asing lainnya seperti ANZ (Australia), Standard Chartered Bank, HSBC, Barclays yang berasal dari Inggris, Rabobank (Belanda), Texas Pacific dan Mercy Corp (Amerika), ICBC (China), State Bank of India (India), Tokyo Mitsubishi (Jepang) dan IFC (Korea Selatan) juga memiliki kepemilikan saham terbesar di beberapa perbankan Nasional.
Dengan adanya hal ini mengindikasikan bahwa persaingan industri perbankan di Indonesia tahun 2010 akan lebih semarak, mengapa semarak karena menurut hasil laporan BI juni 2008, umlah pangsa pasar bank asing juga meningkat apabila dibandingkan pada tahun 1999. Untuk pangsa pasar aset sebesar 50% meningkat dari 11% di tahun 1999 yang dimiliki asing dari total aset perbankan nasional sekitar 45% pangsa pasar kredit dari total 20% di tahun 1999, dan 40% pangsa pasar dana pihak ketiga meningkat dari 11% di tahun 1999.
Tingginya Net Interest Margin (NIM) perbankan di Indonesia menjadikan salah satu penyebab mengapa banyak bank asing yang berinvestasi di Indonesia. Tidak seperti di Negara mereka yang mendapatkan NIM sekitar 2-3%, di Indonesia industri perbankan nasional bisa meraih NIM dengan rata-rata sebesar 6%, bukannkah itu cukup menjadi alasan mereka (bank asing) berinvestasi di Indonesia.
Sebut saja beberapa bank plat merah terbesar di tanah air. Untuk bulan September 2009 Bank Rakyat Indonesia (BRI) sudah berhasil meraup NIM sebesar 9,1%, Bank Nasional Indonesia (BNI) 6,1%, dan Bank Mandiri (BMRI) 5,2%. Dan, beberapa bank-bank yang termasuk dalam bank 10 besar di Indonesia seperti Danamon 8,2%, Bank Central Asia (BCA) dengan NIM 6,6%, CIMB Niaga 6,6%, Citibank 6,6%, BII Maybank 5,8%, Permata 5,5%, dan Panin dengan perolehan NIM sebesar 4,7% (Laporan Keuangan Publikasi Bank dan Bank Indonesia, diolah).
Profit Tertekan Akibat Banjir Bank Asing, Bank Kecil Terancam Gulung Tikar
Dengan adanya hal ini kehadiran bank asing untuk masuk ke Indonesia memberikan persaingan bagi perbankan nasional. Dampaknya, profit bisa tertekan karena banyak pemain besar bermain di dalamnya. Gencarnya ekspansi bank asing ke Indonesia hingga ke pelosok daerah menjadi ancaman serius bagi kalangan perbankan nasional, terutama bank-bank kecil. Sebagai catatan, tahun 2009, ada 18 BPR yang sudah gulung tikar. Menurut Agus Martowardojo Dirut Bank Mandiri yang juga Ketua Himpunan Bank-bank Negara (Himbara), pada tahun 2009 bank-bank regional dari Thailand, Malaysia, ataupun Singapura, sudah menyatakan akan menjadikan Indonesia sebagai sasaran investasi dalam beberapa tahun ke depan. Apalagi, aturan kepemilikan bank di Indonesia yang cukup longgar hingga investor asing bisa menguasai 99 persen saham dan langsung bisa membuka cabang di seluruh daerah, membuat ekspansi investor asing tak terbendung.
Agus Martowardojo juga bercerita mengenai betapa susahnya Bank Mandiri saat hendak membuka cabang di luar negeri. Di Malaysia, kata dia, Bank Mandiri berniat membuka kantor untuk melayani jasa remittance bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI), tapi ternyata otoritas perbankan Malaysia mengharuskan Bank Mandiri untuk mengurus ijin usaha penukaran uang dan membentuk subsidiary atau perusahaan baru di Malaysia lengkap dengan penyertaan modalnya. "Pokoknya, susahnya minta ampun," tegasnya.
Demikian pula saat Bank Mandiri yang kini memiliki agency di Shanghai, Tiongkok, sejak 4 tahun lalu ingin naik kelas menjadi kantor cabang, ijin dari otoritas perbankan tidak kunjung turun. Padahal, lanjut dia, banyak bank asal Tiongkok yang sudah masuk dan ekspansi besar-besaran ke Indonesia.
Agus menyebut, pihaknya sebagai pelaku usaha perbankan nasional meminta agar BI berusaha memperjuangkan asas resiprokal atau kesamaan perlakuan, agar jika bank asing bisa dengan mudah berekspansi di Indonesia, maka bank asal Indonesia pun harusnya boleh berekspansi ke luar negeri.
"Intinya, asas resiprokal harus dijaga. Jangan sampai bank-bank bergulingan. Kalau Bank Mandiri mungkin tidak akan terguling, tapi kalau bank-bank kecil bakal banyak yang terguling," katanya.
Sayangnya, BI belum bisa bersikap tegas dalam menyikapi serbuan bank asing dan tuntutan asas resiprokal dari bank nasional. Meski demikian, Deputi Gubernur BI Muliaman D. Hadad mengatakan, BI tetap akan berupaya memperjuangkan asas resiprokal. "Kami juga ingin agar bank asal Indonesia diberi kesempatan membuka cabang di luar negeri," ujarnya.
Bank Kecil Dibawah Lindungan Bank Asing
Semangkin gencarnya ekspansi bank asing ke Indonesia hingga ke pelosok daerah menjadi ancaman serius bagi kalangan perbankan nasional, terutama bank-bank kecil. Sehingga memaksa bank-bank kecil (yang nyaris) bangkrut memilih untuk menggadeng bank asing yang diharapkan bisa segera menyuntik modal dan melakukan alih teknologi. Hal ini menjadi salah satu yang menyebabkan bank asing ber-investasi di Indonesia (selain nilai NIM yang tinggi). Buat bank-bank kecil, masuknya investor strategis merupakan penyelamat untuk melakukan konsolidasi seperti yang dianjurkan Bank Indonesia (BI). "Merger mereka agak susah karena sulit menggabungkan visi bisnis, akhirnya investor strategis menjadi pilihan yang tepat," kata Fendi. Saat ini Indonesia memiliki lebih dari 130 bank. Bank besar seperti Bank Central Asia (BCA) kini dimiliki Farralon, Bank Internasional Indonesia (BII) dan Bank Danamon Indonesia milik Temasek. Bank Lippo dan Bank Niaga milik pengusaha Malaysia Khazanah dan Commerce Asset Holding Berhard, Bank Permata milik Standard Chartered Bank dan PT Astra Internasional Tbk, Bank Bumiputera milik pengusaha Malaysia Tun Daim Zainuddin.
Namun perlu diingatkan BI harus mengawasi lebih ketat masuknya bank asing membeli bank lokal yang harus memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia. Bank asing diminta untuk berkomitmen membantu proses API dengan melakukan tambahan modal dan transfer teknologi.
Critical Notes Untuk Memperkuat Posisi Perbankan Nasional ke Depan.
Akan tetapi sangat disayangkan apabila dengan terlalu bergantung pada Bank Asing sehingga 10 tahun mendatang kita melihat bahwa bank terbesar di negeri kita sendiri dimiliki oleh asing.
Dengan adanya hal ini ada beberapa critical notes dari seorang penulis (Andy Rio Wijaya, MBA Pengamat & Praktisi Perbankan Nasional ) untuk memperkuat posisi perbankan nasional kedepan.
1. Pemerintah dan BI harus secara progressive mengeluarkan regulasi yang supportive terhadap Bank-bank nasional agar bisa bersaing secara kompetitif dengan bank-bank asing. Hal ini telah di perhatikan oleh BI di mana salah satu regulasi dari BI adalah akan mewajibkan cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia berubah menjadi badan hukum perseroan terbatas (PT) untuk memudahkan pengawasan dan pengaturan. Dengan demikian bank asing akan tunduk dengan ketentuan hukum perusahaan di Indonesia.
Langkah ini menjadi concern BI karena keberadaan bank asing yang beroperasi di tanah air kian banyak dan cukup kompleks. Di samping itu, pemerintah dan BI juga harus memperhatikan perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia agar regulasi mengenai tax insentif untuk perbankan syariah harus segera digodok agar mampu mendorong industri perbankan syariah meningkatkan kinerjanya.
2. Perbankan Nasional khususnya bank plat merah harus mampu memberikan servis yang berkualitas kepada masyarakat. Kalau dulu bank-bank pemerintah terkenal dengan servisnya yang lambat, bertele-tele, tetapi sekarang penulis bangga. Perbankan nasional sudah mulai mereformasi kualitas servis yang diberikan kepada nasabah.
3. Bank-bank nasional yang sudah listed di pasar saham harus meningkatkan kinerja keuangannya agar dapat meningkatkan nilai Kapitalisasi pasarnya (Maket Capitalization). Semakin besar nilai Market Capitalization suatu perusahaan terbuka hal ini mununjukkan indikasi yang baik. Sebab, selain kinerja keuangan dan reputasi perusahaan tersebut di nilai outstanding market capitalization yang tinggi dapat menyulitkan pihak lain untuk membeli perusahaan tersebut.
Oleh karena itu bank-bank nasional harus mampu meningkatkan market capitalization mereka agar tidak mudah untuk dibeli asing karena dengan tingginya marke capitalization bank tersebut. Maka Price to book value (PBV) akan tinggi pula dengan kata lain lebih tinggi nilai market capitalization suatu bank. Lebih mahal harga bank tersebut untuk diakusisi atau di beli.
Walaupun banyak dan kompleksnya pemain asing yang masuk dalam persaingan industri perbankan nasional dengan adanya regulasi yang supportive dari pemerintah dan BI perbankan nasional kita masih tetap bisa exist dan menunjukkan taringnya selama memberikan pelayanan yang berkualitas kepada nasabah. Selain itu tindakan kejahatan perusahaan harus dihapuskan dalam manajemen perbankan nasional. Seperti praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Dan, hal yang perlu diperhatikan juga ialah untuk strategi ke depan. Bank-bank nasional tidak hanya harus fokus kepada peningkatan Net Interest Income saja. Tetapi, juga harus meningkatkan portfolio Fee Based Income-nya dan juga harus berani berinvestasi dan menyalurkan pembiayaan di high return businessess seperti salah satunya ke sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Dengan demikian perbankan nasional dapat berperan dan berkontribusi meningkatkan perekonomian Indonesia khususnya sektor riil dalam rangka meningkatkan tarap hidup rakyat banyak yang sesuai dengan inti dan tujuan dari UU perbankan No 7 tahun 1992/ No 10 tahun 1998.
Sumber
www.suarapembaca.detik.com
www.krjogja.com
www.sumeks.co.id
www.preview.detik.com